Selasa, 24 Maret 2009

Motor Tua yang Tak Lagi Tua

oleh : sri mahyuni

Hampir semua motor dimodifikasi pemiliknya. Hanya saja, sebagian mungkin modifnya cuma sedikit. Tapi tak sedikit pula yang dimodif total. Kebanyakan orang melakukan modifikasi karena menilai tunggangannya masih tampilan standar. Padahal sejumlah item telah mengalami perubahan.

Ganti busi yang lebih kuat, ganti stang yang lebih nyaman, ganti model lampu yang lebih cakep dan terang adalah modif sederhana. Karena itu, yang penting dari modifikasi adalah tujuan dan fungsinya. Tujuan modifikasi yang baik adalah meningkatkan kinerja dan tampilan motor sehingga lebih aman, nyaman, cepat, dan gaya.

Bicara soal fungsi adalah bicara soal teknologi. Pemakaian komponen yang sesuai, berkualitas baik dan masih berfungsi maksimal akan membantu kinerja motor secara keseluruhan. Sementara bicara soal tampilan adalah bicara soal cita rasa.

Hanya modifikator yang tahu menerjemahkan keinginan Anda yang akan memberi kepuasan. Hanya modifikator yang memberi Anda komponen yang baik yang akan memaksimalkan kinerja motor. Dan, hanya modifikator yang piawai yang akan memberi Anda masukan konsep yang benar sekaligus mewujudkannya sesuai konsep dan anggaran yang sesuai. Bila sudah mulai sadar akan fungsi modifikasi lebih dari sekadar mempercantik tampilan, terasa benar setiap perubahan menimbulkan efek bersegi banyak. Dari sisi psikologis merasakan kebanggaan, dari sisi fungsi feeling merasakan ada yang berubah. Juga dari segi biaya, sudah tak terhitung hepeng yang dihabiskan. Hasilnya, tampilan motor mungkin lebih cantik, tapi bisa juga malah seronok. Fungsinya, motor lebih mudah dikendalikan dan lebih kencang, tapi bisa juga malah sebaliknya, lebih liar dan lebih berat.

Karena itu, yang penting dari modifikasi adalah tujuan dan fungsinya. Tujuan modifikasi yang baik adalah meningkatkan kinerja dan tampilan motor sehingga lebih aman, nyaman, cepat dan gaya. Ini disadari benar oleh Akhmad Maulana, peraih Juara I dan Juara II di ajang Kontes Modifikasi yang digelar Indako bersamaan launching Honda Blade bertemakan Extreme Movie Hero di Lapangan Benteng Medan beberapa waktu lalu.

Mengikuti kisah perjalanan Akhmad Maulana hingga sampai ke peringkat atas dalam ajang modifikasi cukup menarik. Keingintahuan dan rasa penasaran inilah yang akhirnya mengantarkan MedanBisnis ke kediamannya di Komlpek Tasbi Blok D No 26, Setia Budi, Medan.
Sesampainya di sana, terlihat dua kendaraan roda dua yang terparkir manis dengan tampilan yang berbeda dari motor biasa. Jelas yang satu adalah motor jenis matic. Sementara yang satu lagi motor jenis apa ya? Rasa penasaran tak membuat MedanBisnis langsung bertanya. Ada saatnya pertanyaan itu dilontarkan, karena sudah terekam di benak berbagai pertanyaan yang akan diajukan.

Setelah mengajukan pertanyaan pertama, pria berkulit putih ini pun menuturkan kalau pada dasarnya sejak awal dia memang menyukai motor. Kehidupan masa mudanya pernah sedikit ekstrim, tentunya yang berkaitan dengan sepeda motor. Kebut-kebutan dan ugal-ugalan di jalan merupakan sepenggal cerita masa lalunya. Bahkan tak jarang dia kerap gonta-ganti sepeda motor demi memenuhi kepuasan dan keingintahuannya merasakan perbedaan naik motor dari satu pabrikan ke pabrikan lain. Dari mereka satu dengan merek lain.

Namun seiringnya perjalanan usia, didukung dengan berbagai faktor yang mengharuskannya lebih bertanggungjawab, mau tak mau segala kenakalan remaja yang pernah dilakukannya pun berhenti perlahan. Tapi begitupun bukan berarti obsesinya terhadap motor juga berhenti. Meskipun memiliki satu, dua, atau lebih unit motor, Akhmad Maulana tidak menggunakannya untuk sok jagoan di jalan. Hobinya tersebut lebih diarahkan kepada hal-hal yang positif.
Rupanya perubahan zaman bukan alasan satu-satunya dia memilih berubah. Ada faktor lain, yakni anak. Melihat besarnya minat sang anak terhadap motor, terbayang dirinya di masa lalu. Sebagai sosok orang tua yang tak ingin anaknya mengikuti jejak buruk dirinya dan orang lain, naluri kebapakannya pun muncul untuk memberi contoh dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang lebih baik.

“Saya tidak ingin anak-anak seperti saya. Kalau dulu mungkin saya menganggap track-track-an di jalan itu hebat. Tapi kalau sekarang? Saya sampai geleng kepala melihatnya. Saya tidak ingin anak-anak saya seperti itu. Saya ingin memperkenalkan motor kepada mereka bukan di speed-nya tapi lebih kepada art-nya,” katanya kepada MedanBisnis beberapa waktu lalu.
Seni yang dimaksud Akhmad Maulana ini tak lain dan tak bukan adalah modifikasi. Apalagi sekarang ini modifikasi telah menjadi trend di kalangan semua usia. Keinginan ini pun dikomunikasikannya pada sang istri tercinta yang ternyata mendukung mimpinya.

Bak gayung bersambut. Tanpa sengaja Akhmad Maulana berkenalan dengan seorang modifikator, Joko, yang membuka bengkel di Jalan Slamet No 22, Simpang Limun, Medan. Kalau cerita bagaimana awal perkenalan itu sih, kata Akhmad Maulana, dia diperkenalkan oleh rekan kerjanya yang saat itu berniat memodif kendaraannya. Melihat cara kerja Joko, Akhmad Maulana langsung tertarik.

Bukti kerjasama awal, pria yang menjabat sebagai branch manager di Bank Eksekutif Tbk ini langsung membeli motor tua jenis Honda Cub 70 tahun 1973 yang cuma tinggal rangka dengan pajak yang mati selama 13 tahun. Motor langka ini dia beli dengan harga sebesar Rp 1,5 juta. Kepada Joko, dia menyatakan keinginannya untuk mengubah kerangka tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Dan sebagai modifikator yang profesional, Joko pun menerjemahkan keinginan kliennya dengan baik.

Keseriusan
Pencarian part, cover, dan lain-lainnya pun dimulai. Tapi bukan hal yang gampang, mengingat yang akan disempurnakan adalah motor tua. Di sinilah tantangan dan pembuktian akan keseriusan Akhmad Maulana memutuskan terjun ke dunia modifikasi.

Seperti kata pepatah, tidak ada kerja keras yang tidak membuahkan hasil. Dengan berbagai sentuhan yang memerlukan pengurasan tenaga, otak dan uang, akhirnya kerangka tadi mulai berwujud. “Mulai dari knalpot, segi tiga, ban belakang, dan lain-lainnya hasil kerajinan tangan. Bisa dibilang 70% adalah hasil kerajinan tangan alias buat sendiri atau tempah. Yang asli cuma mesinnya. Itupun yang depan sudah diganti dengan motor Supra punya,” tutur Akhmad Maulana yang disambut anggukan dan senyum Joko. Dari ekspresi mereka, terlihat jelas bagaimana perjuangan mereka menghembuskan roh ke dalam jiwa motor tua tersebut.

Kini motor tua itu tak lagi tampak seperti motor lapuk. Penampilannya telah berubah elegan. Didandani dengan warna merah dan hitam berpoles air brush, dengan tambahan close atau kopling, tampilannya tak lagi seperti motor yang sudah uzur dan renta. Tak ubahnya upik abu yang di-make over menjadi cinderella, begitulah adanya Honda Cup 70 milik Akhmad Maulana. Untuk perubahan itu, pria yang usianya sudah mencapai kepala 4 ini tak segan-segan merogoh kocek hingga jutaan rupiah. “Biaya yang saya keluarkan untuk memodifikasi motor ini nilainya di atas Rp 8 juta dan masih dibawah angka Rp 10 juta,” ujarnya yang tidak menyebutkan angka nominal pastinya.

Akhmad Maulana patut berbangga hati dengan motor modifikasinya yang bertemakan chooper itu. Bagaimanan tidak, motor tersebut bukan saja antik tapi juga unik. Pasalnya, roda depannya dapat di stel naik turun sesuai keinginan. Wah….canggih sekali ya. Pantesan bisa menyabet juara II dalam kontes modifikasi.

sumber : MedanBisnis online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar