Selasa, 24 Maret 2009

“RESPECTED BIKE OF THE YEAR VERSI PRADO2.COM”

Bila versi Motor Plus Award 2008 adalah Honda Tiger. Maka versiku, sama Honda juga sih..tapi Honda C series. Yup..Kok malah motor bebek?

tiger-revo

Alasannya sederhana saja. Tiger ‘baru’ berumur 15 tahun. Sedangkan C series sudah menjejakan rodanya ke muka bumi lebih dari 50 tahun lalu ! Satu lagi, di dunia ! catett.. Juga salah satu dari wujud kebangkitan Jepang dari keterpurukan pasca bom atom di Hiroshima dan Nagasaki..

honda_super_cub

Simak yuk perjalanannya..

Agustus 1958 penjualan Super Cub C100 dimulai (4-tak pendingin udara, silinder tunggal, OHV engine, 49cc, 4.5 HP)

Tempat produksi: Yamato Plant (kemudian menjadi Saitama Factory Wako Plant)

  • 1959 Ekspor perdana ke negeri Paman Sam
  • 1960 produksi di Pabrik Suzuka dimulai
  • 1961 total produk yang telah dibuat 1 juta unit
  • 1961 produksi komponen dimulai di Taiwan (pertama kali diproduksi di luar Jepang)
  • 1964 penjualan Super Cub C65 (the first OHC engine) dimulai
  • 1966 penjualan Super Cub C50 (OHC engine) dimulai
  • 1967 total produk yang telah dibuat 5 juta unit
  • 1974 total produk yang telah dibuat 10 juta unit
  • 1983 Konsumsi bahan bakar 180km/liter (30km/jam kecepatan konstan) mempergunakan Honda C50
  • 1991 Produksi dipindahkan ke pabrik Kumamoto
  • 1992 total produk yang telah dibuat 10 juta unit
  • 2005 total produk yang telah dibuat 50 juta unit
  • 2007 pemasok bahan bakar injeksi Honda’s PGM-FI diterapkan pada Super CUb
  • 2008 total produk yang telah dibuat 60 juta unit (April) Bujug..buneng..60 juta dan masih bisa bertambah lagi…

f_honda-super-cub-2

Sejak diperkenalkan pertama kalinya Super Cub C100 di tahun 1958,Super Cub telah terjual di 160 negara hingga saat ini,dan hebatnya konsumen masih menikmati setiap hari di penjuru dunia.

Produksi perdana Super Cub di luar Jepang adalah di Taiwan dengan beberapa komponen penting tetap diproduksi di Jepang.Honda ingin mempertegas komitmen untuk senantiasa dekat dengan konsumen.

Honda Cub series masih diproduksi di 16 pabrik di 15 negara di planet bumi,termasuk Indonesia tentunya.Oh,iya. Motor inilah yang menghantarkan perusahaan motor Jepang menjadi industri otomotif international.

Soichiro Honda, sang pendiri, sepertinya memang dikaruniai kemampuan ‘futuristic’. Pasalnya di kala pabrikan lain memproduksi 2 tak maka beliau menciptakan mesin 50 cc 4 tak yang sangat ekonomis dan tangguh. Baginya kelak, dunia akan membutuhkan sarana transportasi yang ramah lingkungan,irit bahan bakar,dan performa tinggi.

Selain itu, desain yang sangat unik.Pasalnya menerapkan rangka ‘underbone’ yang sama sekali berbeda dengan pakem yang telah ada. Kemudian kopling sentrifugal untuk perpindahan gigi yang praktis,sayap putih besar untuk melindungi bikers dari kotoran dan angin. Oh,iya. Inilah makanya masyarakat Indonesia menyebut motor ini,dan yang lainnya sebagai motor bebek.Soichiri mengeliminir komponen yang dari besi, karena membuat berat bertambah dan biaya produksi mahal. Bahan yang terbuat dari logampun dari besi bekas..

grand

Sejak supercub diciptakan hingga sekarang namun rancangan dasarnya dan konsepnya tak berubah dan ini sebuah kebanggaan tradisi gaya yang unik. Luar biasa !

Bahkan untuk daerah Indonesia sendiri, panjang deretan nama produk yang memakai produk ini. Sebut saja Astrea C70,Super 700, Super 800,Astrea 800,Astrea Star,Astrea Prima, Astrea Grand, Astrea Impressa.

Untuk yang ini kodenya berubah menjadi NF100 tapi basis engine tetap sama Astrea Supra, Astrea Supra X,Astrea Legenda, Astrea Legenda 2,Astrea Supra V, Astrea Supra XX,Supra Fit, New Supra Fit, Fit S, Revo,dan Fit X.(capek juga ngetiknya..) Malah bisa jadi ada yang kelewat..

Sayangnya.. sebentar lagi, PT. Astra Honda Motor (AHM) akan menghentikan produksi motor 100 cc-nya di Indonesia. Akan digantikan varian terbaru dengan kapasitas 110 cc dan sama sekali baru. Sungguh amat menyedihkan..Legenda motor dengan kapasitas 97,1 cc akan segera berakhir di Indonesia..

Bagaimanapun kami akan senantiasa mengenangmu..

kisah Seichiro Honda, cikal-bakal dan penemu Honda

Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya.
Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor.
Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki “raja jalanan”.

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri “kerajaan” Honda - Soichiro Honda - diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.

“Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.

Kecintaannya kepada mesin, mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.

Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.

Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar.

Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda, yang gandrung balap mobil.

Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Disini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, “sepeda motor” - cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa Suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.

5 Resep keberhasilan Honda :
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama

sumber : dari berbagai sumber

Motor-Motor Tua Itu Kini "Naik Daun"

HONDA CB 100 tahun 1973 ini sekarang harganya paling murah Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Padahal, satu tahun lalu dijual paling laku hanya Rp 700.000," tutur Sumardi, seorang pengemudi motor gandeng di Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Melambungnya harga sepeda motor yang seharusnya sudah layak pensiun itu terjadi seiring dengan menjamurnya motor gandeng di Pagar Alam. Motor tua seperti Honda CB 100 menjadi pilihan untuk memasang gandengan kabin penumpang.

Kendaraan bermotor roda dua yang umumnya pajaknya sudah tak dibayar tersebut memang menjadi pilihan yang paling masuk akal. Dengan harga yang murah, modal yang dikeluarkan untuk mengoperasikannya bisa ditekan semurah mungkin. "Ditambah biaya pembuatan gandengan Rp 1,5 juta, modal yang kami keluarkan kurang dari Rp 3,5 juta," ungkap Rahmat, pengemudi lainnya.

Tidak hanya motor tahun 1970-an yang harganya terdongkrak setelah menjamurnya motor gandeng. Sepeda motor satu kelas di atasnya, seperti Honda GL tahun 1980-an, juga ikut- ikutan naik. Sepeda motor jenis ini di Pagar Alam sekarang harganya Rp 2,5 juta per unit.

Harga itu tentu saja lebih mahal dibandingkan dengan ketika motor gandeng belum dikenal. Karena harganya yang murah, sepeda motor tua sekarang menjadi pilihan untuk dimodifikasi jadi motor gandeng.

Hitung punya hitung, sepeda motor tua tetap berharga murah karena kebanyakan pajaknya sudah "mati". Meskipun masih memiliki surat- surat (STNK/surat tanda nomor kendaraan), namun sebagian sepeda motor yang dijadikan motor gandeng umumnya sudah habis masa berlakunya.

Bagi pengemudi motor gandeng, yang penting sepeda motor yang digunakan masih jalan dan masih "tokcer" saat dioperasikan. Soal surat- surat yang habis masa berlakunya itu urusan nanti. "Tujuh puluh lima persen dari motor gandeng yang ada di Pagar Alam surat-surat sepeda motornya telah mati," ungkap sejumlah tukang ojek di pangkalan mereka di ujung Jalan Gunung Dempo.

Biarpun tanpa surat-surat yang jelas, tetapi para pengemudi motor gandeng itu merasa aman-aman saja beroperasi di jalan. Tentu saja mereka tidak mau berurusan dengan polisi. Karena itu, pengertian terhadap kondisi seperti itu dari aparat hukum selama ini telah ikut membantu mereka sehingga tetap bisa beroperasi untuk mencari dan mengangkut penumpang.

Dengan modal tidak terlalu besar itulah sebagian warga Pagar Alam mendapatkan pekerjaan mereka. Dengan motor gandeng mereka bisa mendapatkan sumber nafkah untuk hidup keluarga masing-masing.
Adanya lapangan kerja baru tersebut juga telah mendorong warga lain yang sudah memiliki pekerjaan untuk beralih profesi. Indra, misalnya, sejak enam bulan lalu banting setir dari pedagang sayuran keliling menjadi pengemudi motor gandeng.

Dia menggunakan sepeda motor Honda GL tahun 1980 yang dibelinya seharga Rp 2,5 juta. Dengan modal tambahan pembuatan kabin penumpang Rp 1,5 juta, Indra pun kini bisa melaju di kota kelahirannya untuk mencari penumpang.
"Penghasilannya lumayan. Dalam satu hari rata-rata saya mendapat penghasilan bersih Rp 25.000," kata Indra ketika ditemui di sebuah bengkel. Saat itu Indra tengah memasang variasi di kabin penumpang gandengnya agar penampilannya terlihat lebih menarik.

Penghasilan yang baik dengan nominal berbeda juga dikemukakan oleh sejumlah pengemudi motor gandeng yang biasa mangkal di ujung Jalan Gunung Dempo. Menurut mereka, penghasilan dari mengemudi motor gandeng jauh lebih baik dibandingkan hasil dari pekerjaan sebelumnya.

Seperti Sumardi, sebelumnya dia penarik becak dengan penghasilan rata-rata kurang dari Rp 25.000 per hari. "Enak narik motor gandeng, dapat uangnya lebih banyak dan tidak secapek narik becak," ungkapnya.
MOTOR gandeng terus melaju di jalan-jalan Pagar Alam. Perpaduan sepeda motor tua dan kabin penumpang yang dibuat di beberapa bengkel di kota itu telah melahirkan angkutan rakyat jenis baru yang murah meriah.

Soal kelaikan kendaraan, itu pun masalah nanti. Bagi para pengemudi, motor gandeng telah menjadi sumber nafkah menjanjikan yang bisa menopang hidup keluarga mereka. Sementara bagi penumpang, angkutan umum ini jauh lebih bermartabat.

Dibandingkan dengan ojek sepeda motor, motor gandeng tentu lebih nyaman ditumpangi. Penumpang pun tidak perlu bersentuhan fisik dengan tukang ojek dan mencium bau keringatnya. Kenyamanan naik motor gandeng juga lebih terasa saat panas terik atau hujan. Kabin penumpang menyelamatkan penumpang dari siksaan yang bakal muncul jika naik ojek sepeda motor.

Motor gandeng, motor becak, atau apa pun namanya, paling tidak telah mampu menjawab kebutuhan rakyat terhadap angkutan umum murah. Lapangan kerja baru juga tercipta. Bahkan, sepeda motor-sepeda motor tua yang seharusnya sudah masuk museum menjadi lebih berharga lagi di pasaran. (MUL)

sumber : Honda Rider on Internet (Hornet)

MOTOR TUA ( honda C 70)

Setelah melalui perjuangan yang lumayan menguras tenaga, terangkailah kreasi motor tua, motor Honda bebek C 70.

Apakah anda memiliki koleksi motor tua?
Koleksi ini Berawal dari temenku yang memiliki motor / bangkai motor C70 yang sudah
tidak bisa digunakan lagi, iseng-iseng aku menukatnya dengan sedikit uang. Lumayan, meskipun tidak bisa dipakai hujan-hujanan, tapi dengan memandangnya saja aku sudah senang.









sumber : Blog Catatan Musafir Pemalang

Motor Tua yang Tak Lagi Tua

oleh : sri mahyuni

Hampir semua motor dimodifikasi pemiliknya. Hanya saja, sebagian mungkin modifnya cuma sedikit. Tapi tak sedikit pula yang dimodif total. Kebanyakan orang melakukan modifikasi karena menilai tunggangannya masih tampilan standar. Padahal sejumlah item telah mengalami perubahan.

Ganti busi yang lebih kuat, ganti stang yang lebih nyaman, ganti model lampu yang lebih cakep dan terang adalah modif sederhana. Karena itu, yang penting dari modifikasi adalah tujuan dan fungsinya. Tujuan modifikasi yang baik adalah meningkatkan kinerja dan tampilan motor sehingga lebih aman, nyaman, cepat, dan gaya.

Bicara soal fungsi adalah bicara soal teknologi. Pemakaian komponen yang sesuai, berkualitas baik dan masih berfungsi maksimal akan membantu kinerja motor secara keseluruhan. Sementara bicara soal tampilan adalah bicara soal cita rasa.

Hanya modifikator yang tahu menerjemahkan keinginan Anda yang akan memberi kepuasan. Hanya modifikator yang memberi Anda komponen yang baik yang akan memaksimalkan kinerja motor. Dan, hanya modifikator yang piawai yang akan memberi Anda masukan konsep yang benar sekaligus mewujudkannya sesuai konsep dan anggaran yang sesuai. Bila sudah mulai sadar akan fungsi modifikasi lebih dari sekadar mempercantik tampilan, terasa benar setiap perubahan menimbulkan efek bersegi banyak. Dari sisi psikologis merasakan kebanggaan, dari sisi fungsi feeling merasakan ada yang berubah. Juga dari segi biaya, sudah tak terhitung hepeng yang dihabiskan. Hasilnya, tampilan motor mungkin lebih cantik, tapi bisa juga malah seronok. Fungsinya, motor lebih mudah dikendalikan dan lebih kencang, tapi bisa juga malah sebaliknya, lebih liar dan lebih berat.

Karena itu, yang penting dari modifikasi adalah tujuan dan fungsinya. Tujuan modifikasi yang baik adalah meningkatkan kinerja dan tampilan motor sehingga lebih aman, nyaman, cepat dan gaya. Ini disadari benar oleh Akhmad Maulana, peraih Juara I dan Juara II di ajang Kontes Modifikasi yang digelar Indako bersamaan launching Honda Blade bertemakan Extreme Movie Hero di Lapangan Benteng Medan beberapa waktu lalu.

Mengikuti kisah perjalanan Akhmad Maulana hingga sampai ke peringkat atas dalam ajang modifikasi cukup menarik. Keingintahuan dan rasa penasaran inilah yang akhirnya mengantarkan MedanBisnis ke kediamannya di Komlpek Tasbi Blok D No 26, Setia Budi, Medan.
Sesampainya di sana, terlihat dua kendaraan roda dua yang terparkir manis dengan tampilan yang berbeda dari motor biasa. Jelas yang satu adalah motor jenis matic. Sementara yang satu lagi motor jenis apa ya? Rasa penasaran tak membuat MedanBisnis langsung bertanya. Ada saatnya pertanyaan itu dilontarkan, karena sudah terekam di benak berbagai pertanyaan yang akan diajukan.

Setelah mengajukan pertanyaan pertama, pria berkulit putih ini pun menuturkan kalau pada dasarnya sejak awal dia memang menyukai motor. Kehidupan masa mudanya pernah sedikit ekstrim, tentunya yang berkaitan dengan sepeda motor. Kebut-kebutan dan ugal-ugalan di jalan merupakan sepenggal cerita masa lalunya. Bahkan tak jarang dia kerap gonta-ganti sepeda motor demi memenuhi kepuasan dan keingintahuannya merasakan perbedaan naik motor dari satu pabrikan ke pabrikan lain. Dari mereka satu dengan merek lain.

Namun seiringnya perjalanan usia, didukung dengan berbagai faktor yang mengharuskannya lebih bertanggungjawab, mau tak mau segala kenakalan remaja yang pernah dilakukannya pun berhenti perlahan. Tapi begitupun bukan berarti obsesinya terhadap motor juga berhenti. Meskipun memiliki satu, dua, atau lebih unit motor, Akhmad Maulana tidak menggunakannya untuk sok jagoan di jalan. Hobinya tersebut lebih diarahkan kepada hal-hal yang positif.
Rupanya perubahan zaman bukan alasan satu-satunya dia memilih berubah. Ada faktor lain, yakni anak. Melihat besarnya minat sang anak terhadap motor, terbayang dirinya di masa lalu. Sebagai sosok orang tua yang tak ingin anaknya mengikuti jejak buruk dirinya dan orang lain, naluri kebapakannya pun muncul untuk memberi contoh dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang lebih baik.

“Saya tidak ingin anak-anak seperti saya. Kalau dulu mungkin saya menganggap track-track-an di jalan itu hebat. Tapi kalau sekarang? Saya sampai geleng kepala melihatnya. Saya tidak ingin anak-anak saya seperti itu. Saya ingin memperkenalkan motor kepada mereka bukan di speed-nya tapi lebih kepada art-nya,” katanya kepada MedanBisnis beberapa waktu lalu.
Seni yang dimaksud Akhmad Maulana ini tak lain dan tak bukan adalah modifikasi. Apalagi sekarang ini modifikasi telah menjadi trend di kalangan semua usia. Keinginan ini pun dikomunikasikannya pada sang istri tercinta yang ternyata mendukung mimpinya.

Bak gayung bersambut. Tanpa sengaja Akhmad Maulana berkenalan dengan seorang modifikator, Joko, yang membuka bengkel di Jalan Slamet No 22, Simpang Limun, Medan. Kalau cerita bagaimana awal perkenalan itu sih, kata Akhmad Maulana, dia diperkenalkan oleh rekan kerjanya yang saat itu berniat memodif kendaraannya. Melihat cara kerja Joko, Akhmad Maulana langsung tertarik.

Bukti kerjasama awal, pria yang menjabat sebagai branch manager di Bank Eksekutif Tbk ini langsung membeli motor tua jenis Honda Cub 70 tahun 1973 yang cuma tinggal rangka dengan pajak yang mati selama 13 tahun. Motor langka ini dia beli dengan harga sebesar Rp 1,5 juta. Kepada Joko, dia menyatakan keinginannya untuk mengubah kerangka tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Dan sebagai modifikator yang profesional, Joko pun menerjemahkan keinginan kliennya dengan baik.

Keseriusan
Pencarian part, cover, dan lain-lainnya pun dimulai. Tapi bukan hal yang gampang, mengingat yang akan disempurnakan adalah motor tua. Di sinilah tantangan dan pembuktian akan keseriusan Akhmad Maulana memutuskan terjun ke dunia modifikasi.

Seperti kata pepatah, tidak ada kerja keras yang tidak membuahkan hasil. Dengan berbagai sentuhan yang memerlukan pengurasan tenaga, otak dan uang, akhirnya kerangka tadi mulai berwujud. “Mulai dari knalpot, segi tiga, ban belakang, dan lain-lainnya hasil kerajinan tangan. Bisa dibilang 70% adalah hasil kerajinan tangan alias buat sendiri atau tempah. Yang asli cuma mesinnya. Itupun yang depan sudah diganti dengan motor Supra punya,” tutur Akhmad Maulana yang disambut anggukan dan senyum Joko. Dari ekspresi mereka, terlihat jelas bagaimana perjuangan mereka menghembuskan roh ke dalam jiwa motor tua tersebut.

Kini motor tua itu tak lagi tampak seperti motor lapuk. Penampilannya telah berubah elegan. Didandani dengan warna merah dan hitam berpoles air brush, dengan tambahan close atau kopling, tampilannya tak lagi seperti motor yang sudah uzur dan renta. Tak ubahnya upik abu yang di-make over menjadi cinderella, begitulah adanya Honda Cup 70 milik Akhmad Maulana. Untuk perubahan itu, pria yang usianya sudah mencapai kepala 4 ini tak segan-segan merogoh kocek hingga jutaan rupiah. “Biaya yang saya keluarkan untuk memodifikasi motor ini nilainya di atas Rp 8 juta dan masih dibawah angka Rp 10 juta,” ujarnya yang tidak menyebutkan angka nominal pastinya.

Akhmad Maulana patut berbangga hati dengan motor modifikasinya yang bertemakan chooper itu. Bagaimanan tidak, motor tersebut bukan saja antik tapi juga unik. Pasalnya, roda depannya dapat di stel naik turun sesuai keinginan. Wah….canggih sekali ya. Pantesan bisa menyabet juara II dalam kontes modifikasi.

sumber : MedanBisnis online